- Back to Home »
- NEW Dampak dan akibat eksploitasi berlebihan terhadap ekosistem/lingkungan
Posted by : Unknown
Jumat, 15 November 2013
Dampak dan akibat eksploitasi berlebihan terhadap
ekosistem/lingkungan
Nama :
Kelas :
DAMPAK
EKSPLOITASI BERLEBIHAN TERHADAP EKOSISTEM
Dibandingkan dengan komponen
biotik lainnya, manusia merupakan jenis organism yang memiliki pengaruh yang
kuat di bumi ini. Kemampuan manusia untuk beradaptasi dengan lingkungan dan
mengubah lingkungan sesuai dengan yang diinginkannya, menyebabkan populasi
manusia meningkat dengan cepat.
Sikap manusia yang cendrung
merusak lingkungan, seperti membakar hutan, memberantas hama dan bahan kimia,
mengubah berbagai ekosistem alami menjadi ekosistem buatan, memberikan dampak
negative pada ekosistem. Berikut ini akan dijelaskan berbagai dampak negative
terhadap ekosistem akibat eksploitasi berlebihan oleh manusia.
1. Fragmantasi dan Degradasi Habitat
Meningkatkan
populasi penduduk dunia menyebabkan semakin banyak lahan yang dibutuhkan untuk
mendukung kesejahteraan manusia, seperti yang dibutuhkan untuk mendukung
kesejahteraan manusia, seperti lahan untuk pertanian, tempat tinggal, industri
dan sebagainya.
Fragmentasi
habitat misalnya terjadi pada kawasan yang ditebang atau dirambah, sehingga
menyisakan kawasan hutan kecil. Hutan yang ditebang atau dirambah memberikan
dampak antara lain perubahan pada struktur komunitas hutan dan kematian pohon
yang berada di pinggiran hutan akibat tingginya paparan angin dan cahaya
matahari.
Fragmentasi
dan degradasi habitat menyebabkan munculnya masalah lain seperti kematian
organism karena hilangnya sumber makanan dan tempat tinggal dan menurunnya
keanekaragaman sumber makanan dan tempat tinggal dan menurunnya keanekaragaman
spesies pada habitat tersebut.
2. Tergantungnya Aliran Energi di
Dalam Ekosistem
Ekosistem
alami yang dirusak dan diubah menjadi ekosistem buatan dapat menyebabkan
terjadinya perubahan aliran energy dalam ekosistem tersebut. Contohnya, ketika
proses penebangan atau pembakaran hutan selesai, maka kawasan hutan kemudian
ditanami dengan satu jenis tumbuhan (sistem monokultur). Hal tersebut
menyebabkan aliran energy yang semula bersifat komleks, yaitu antara berbagai
jenis produsen (pohon-pohon besar dan kecil), konsumen (berbagai macam hewan),
detritivora (jamur, bakteri, dan sebagainya), menjadi aliran energy yang lebih
sederhana, yaitu satu jenis produsen (contohnya padi), beberapa konsumen, dan
detrivor.
3. Resistensi Beberapa Spesies
Merugikan
Penggunaan
pestisida dan abiotik secara berlebihan untuk membunuh populasi organisme yang
merugikan (hama atau pathogen) dapat menyebabkan munculnya populasi organisme
yang kebal terhadap pestisida dan antibiotik tersebut. Hama yang tidak atau
kurang sensitif (kebal) terhadap pestisida jenis tertentu dapat bertahan dari
penggunaan pestisida tersebut.
Demikian
juga adanya jika antibiotik digunakan secara berlebihan, yaitu dalam dosis yang
terlalu tinggi atau frekuensi yang terlalu sering. Populasi spesies patogen
yang dapat bertahan dari dosis antibiotik tersebut akan berkembang biak
menghasilkan populasi spesies patogen yang kebal.
4. Hilangnya Spesies Penting di
Dalam Ekosistem
Setiap
organisme memiliki peran penting di dalam suatu ekosistem. Contohnya, di dalam
ekosistem sawah, hilangnya keberadaan predator seperti burung, ular, dan
sabagainya dapat meningkatkan populasi organism lain, misalnya tikus makan padi
akan menurun dan hasil panen akan berkurang.
5. Introduksi Spesies Asing
Introduksi
atau masuknya spesies dari suatu ekosistem ke dalam ekosistem lainnya biasanya
bertujuan untuk meningkatkan tingka kesejahteraan manusia. Namun, introduksi
spesies asing juga dapat merugikan, karena terkadang didalam ekosistem yang
baru, spesies tersebut tidak memiliki predator alami. Serangga Neochetine
eichhorniae yang merupakan predator tanaman eceng gondok dan dapat mengendalikan
populasi enceng gondok di perairan tidak hidup di Indonesia.
6. Berkurangnya Sumber Daya Alam
Terbaharui
Kayu,
tanduk, gading, dan sebagainya merupakan sumber daya alam yang dapat
diperbaharui. Walaupun memiliki sifat dapat diperbaharui, penggunaan dan
eksploitasi secara berlebihan dapat menurunkan jumlah dan kualitas baik semakin
berkurang. Hal tersebut menyebabkan kualitas kayu dan tingkat regenerasi
semakin menurun.
7. Tergantungnya Daur Materi di
Dalam Ekosistem
Seiring
dengan meningkatnya jumlah penduduk, tingkat aktivitas manusia juga akan ikut
meningkat. Meningkatnya aktivitas manusia didunia berpengaruh terhadap daur
biogeokimia. Sebagai contoh, daur karbon yang terganggu akibat semakin
banyaknya penggunaan bahan bakar.
Saling Ketergantungan
dalam Ekosistem
A.
Ekosistem
Ekosistem merupakan interaksi atau hubungan antara makhluk hidup dengan
lingkungannya membentuk system.
1.
Satuan-satuan Ekosistem
Satuan makhluk hidup dalam satu ekosistem adalah individu, populasi,
komunitas, ekosistem, dan biosfer dengan sumber energi utama dalam ekosistem
adalah matahari.
2.
Komponen Penyusun Ekosistem
Komponen ekosistem terdiri dari:
- Komponen biotik yang meliputi: produsen, konsumen, dan pengurai
- Komponen abiotik meliputi: cahaya matahari, air, tanah, udara, suhu dan
kelembaban
3.
Saling Ketergantungan (Interdependensi)
Saling ketergantungan antara komponen penyusun ekosistem disebut
interdependensi. Interdependensi dapat terjadi:
- Antar komponen penyusun ekosistem, yaitu; interpedensi antarkomponen
biotic dan abiotik; interpendensi antarkomponen biotic.
- Antara produsen, konsumen dan decomposer, yaitu: rantai makanan,
jaring-jaring makanan dan piramida makanan.
Hubungan interaksi antar makhluk hidup tersebut ada beberapa bentuk, yaitu:
- Simbiosis, yaitu: hidup bersama antara dua makhluk hidup yang berbeda jenis. Terdiri dari: simbiosis mutualisme, parasitisme dan komensalisme.
- Antibiosis, yaitu: interaksi antarmakhluk hidup, salah satu makhluk hidup mengeluarkan zat antibiotic yang dapat menghambat perkembangan makhlu hidup yang lain.
- Predatorisme adalah hubungan antara makhluk hidup pemangsa dengan yang dimangsa.
- Kompetisi adalah hubungan saling bersaing antarmakhluk hidup dalam mendapatkan makanan
Keseimbangan
Ekosistem
Keseimbangan ekosistem dapat dijaga dengan adanya kemampuan ekosistem untuk
menahan berbagai perubahan lingkungan secara keseluruhan (homeostatis)
B.
Keanekaragaman Hayati dan Pelestarian Ekosistem
Keanekaragaman pada makhluk hidup (keanekaragaman hayati) terjadi karena adanya
perbadaan faktor genetic dan faktor lingkungan di sekitarnya.
1.
Tingkat Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati terdiri dari tiga tingkat, yaitu: tingkat gen, tingkat
jenis dan tingkat ekosistem
2. Perlindungan dan Pelestarian Keanekaragaman Hayati
Usaha-usaha yang dilakukan manusia untuk melakukan konservasi
keanekaragaman hayati agar tidak punah adalah dengan perlindungan dan
pelestarian flora fauna dengan cara mendirikan cagar alam, taman nasional,
hutan wisata, taman laut, hutan lindung, kebun raya dan suaka marga satwa.
C.
Pengaruh Manusia dalam Ekosistem
Pengaruh
Kepadatan Populasi terhadap Lingkungan
Kepadatan populasi akibat peledakan pertumbuhan penduduk dapat
mengakibatkan permasalahan sebagai berikut:
- Berkurangnya
ketersediaan pangan
- Menurunnya
ketersediaan lahan untuk pemukiman dan pertanian
- Berkurangnya
ketersediaan air bersih dan udara bersih
- Menurunnya tingkat
kesehatan dan timbulnya masalah keamanan
- Rusaknya lingkungan
hidup.
Pencemaran
Lingkungan
Pencemaran lingkungan (polusi) adalah masuknya bahan-bahan ke lingkungan
yang dapat mengganggu kehidupan makhluk hidup di dalamnya.